Isu Kesehatan Mental Di Masa Pandemi

Isu Kesehatan Mental Di Masa Pandemi – Di masa pandemi Covid-19, kemungkinan masyarakat mengalami gangguan kesehatan mental semakin meningkat. Energi negatif harus diarahkan agar kesehatan mental tidak memburuk.

Monitor CCTV memantau Penyandang Disabilitas Intelektual (ODGJ) yang menjalani perawatan di Balai Rehabilitasi Penyandang Disabilitas Mental Yayasan Jamrud Biru, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (14-04-2021). Sebanyak 215 orang penderita gangguan jiwa dirawat di panti tersebut. Berbagai tekanan yang dihadapi masyarakat selama pandemi Covid-19 menciptakan kerentanan di bidang layanan kesehatan mental.

Isu Kesehatan Mental Di Masa Pandemi

Isu Kesehatan Mental Di Masa Pandemi

JAKARTA, – Kerentanan masyarakat terhadap gangguan mental seperti depresi dan kecemasan semakin terlihat jelas di masa pandemi Covid-19. Hal ini disebabkan oleh pembatasan sosial dan ketidakpastian masa depan. Beberapa juga mengalihkan emosi negatif dengan melakukan hobi.

Kesehatan Fisik Diperhatikan, Kesehatan Mental Terpinggirkan! Mahasiswa Undip Sosialisasikan Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Di Masa Pandemi

Menurut sebuah studi dari Mailman School of Public Health di Columbia University, tingkat prevalensi global depresi selama pandemi adalah 24 persen. Prevalensi global kecemasan adalah 21 persen.

Prevalensi depresi dan kecemasan di kawasan Asia masing-masing mencapai 18 persen. Faktanya, prevalensi depresi sebelum pandemi diperkirakan mencapai 1,3 hingga 3,4 persen. Prevalensi ketakutan sebelum pandemi berkisar antara 2,1 persen hingga 4,1 persen.

“Studi ini menyoroti pentingnya memeriksa sejauh mana gangguan kesehatan mental dan dampak jarak sosial. “Kesehatan mental harus dilihat tidak hanya sebagai konsekuensi dari pandemi, tetapi juga sebagai epidemi yang menyertainya,” kata Silvia Martins, profesor epidemiologi di Mailman School of Public Health di Columbia University (2021), dalam keterangan tertulisnya, Kamis (Maret). .publikasi. 18).

Penyandang Disabilitas Intelektual (PWD) menikmati sinar matahari pagi di Balai Rehabilitasi Penyandang Disabilitas Mental Yayasan Jamrud Biru, Desa Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Rabu (14/04/2021).

Hari Kesehatan Jiwa, Wagub: Pandemi Juga Menyerang Mental Dan Emosional

Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Survei yang dilakukan Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) pada April dan Agustus 2020 mengungkap banyak gangguan jiwa di masa pandemi.

Selama lima bulan pandemi, sebanyak 64,8 persen responden mengalami sejumlah gangguan kesehatan mental. Masalah-masalah tersebut antara lain depresi (62 persen), kecemasan (65 persen) dan trauma (75 persen).

Gejala kecemasan antara lain rasa khawatir yang berlebihan, mudah tersinggung, dan sulit bersantai. Gejala depresi antara lain kelelahan, gangguan tidur, dan kehilangan minat. Siapapun bisa mengalami hal ini, termasuk anak muda.

Isu Kesehatan Mental Di Masa Pandemi

Dalam komunikasi terpisah, Ketua Ikatan Psikologi Kesehatan Indonesia Eunice Sri Tyas Suci mengatakan ketahanan setiap anak muda terhadap tekanan pandemi berbeda-beda. Meski demikian, ia berasumsi remaja perkotaan saat ini lebih rentan terkena stres dibandingkan remaja di daerah.

Krisis Kesehatan Mental Jadi Ancaman Bagi Ekonomi Filipina

Gejala kecemasan antara lain rasa khawatir yang berlebihan, mudah tersinggung, dan sulit bersantai. Gejala depresi antara lain kelelahan, gangguan tidur, dan kehilangan minat.

“Anak muda di kota sudah terbiasa menikmati fasilitas yang ada seperti bioskop, pusat perbelanjaan, dan kafe. Di masa pandemi, tempat-tempat nongkrong anak muda ditutup. “Mereka mungkin kecewa jika akhirnya harus berdiam diri di rumah atau mencari pilihan lain,” kata Eunice di Jakarta, Rabu (14 April 2021).

Generasi muda yang sebelumnya memiliki permasalahan menjadi semakin rentan di masa pandemi Covid-19. Eunice mengatakan pandemi ini menambah beban permasalahan dan generasi muda seringkali kebingungan mencari solusi. Kesehatan mentalnya juga terpengaruh.

Namun masih ada generasi muda yang tangguh menghadapi pandemi ini. Beberapa anak muda memanfaatkan situasi pandemi dengan cara yang kreatif, misalnya dengan berjualan online.

Self-care Secara Mental Di Saat Pandemi

Eunice mengatakan, anak muda memiliki energi yang besar sehingga selalu membutuhkan saluran untuk berekspresi. Mereka menilai pandemi dapat menghambat proses ekspresi diri, baik positif maupun negatif. Untuk menghilangkan energi negatif, generasi muda disarankan untuk berolahraga.

“Pentingnya menggerakkan tubuh untuk memanfaatkan energi yang ada di dalam tubuh, bisa bersepeda, berenang, atau berlari. Ini cara yang bagus untuk menyalurkan stres dan energi negatif sekaligus menjaga kesehatan tubuh,” ujarnya.

Pengunjung berlatih di Taman Lapangan Banteng, Jakarta Pusat pada Minggu, 14 Maret 2021. Pemprov DKI kembali membuka 25 taman dan tiga hutan kota selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro di wilayah DKI Jakarta. Pembukaan ini berlangsung sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19.

Isu Kesehatan Mental Di Masa Pandemi

Hal itu dilakukan Ghellar (30), seorang warga swasta di Bekasi. Di masa pandemi, ia rutin bersepeda bersama teman-teman di komunitas. Selain membuat tubuh tetap sehat, bersepeda juga membuat Anda bahagia dan mengurangi stres.

Menjaga Kesehatan Mental Di Tengah Pandemi Covid-19

Selain itu, bersepeda bersama masyarakat memberinya kesempatan untuk membangun hubungan sosial yang selama ini terbatas selama pandemi. Dia bisa bertemu teman baru dan berbagi cerita.

“Ini menjadi sumber kenyamanan di masa pandemi. “Bersepeda bersama di akhir pekan bagi saya seperti relaksasi, apalagi setelah berada di rumah selama seminggu,” kata Ghellar.

Sementara itu, Pipit, 35, pegawai negeri sipil di Jakarta, menghilangkan stres dengan memasak dan membuat kue. Memasak, katanya, menenangkannya dari tekanan pekerjaan dan kesepian yang dialaminya. “Saat saya masuk dapur dan memasak, saya merasa seperti berada di tempat perlindungan. Ada sesuatu yang menenangkan dari memasak,” ujarnya.

Depresi kesehatan mental stres kesehatan mental pandemi psikolog primer aktual pandemi kecemasan covid-19 covi-19 kesehatan mental remaja2 (SARSCoV-2). SARS-CoV-2 merupakan virus corona jenis baru yang belum pernah teridentifikasi pada manusia. Peningkatan jumlah kasus COVID-19 terjadi sangat cepat dan menyebar ke beberapa negara dalam waktu singkat. Secara global, per 10 Desember 2021, terdapat 267.865.289 kasus terkonfirmasi COVID-19, termasuk 5.285.888 kematian yang dilaporkan WHO (WHO, 2021). Indonesia melaporkan kasus pertamanya pada tanggal 2 Maret 2020 (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Jumlah kasusnya semakin meningkat dan menyebar dengan cepat ke seluruh Indonesia.

Pandemi Mengancam Kesehatan Mental Anak

COVID-19 berdampak besar pada kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa 13,7%–34,7% pasien COVID-19 menunjukkan gejala masalah kesehatan mental setelah diagnosis (Kong et al., 2020; Varatharaj et al., 2020). Penderita COVID-19 tidak harus berjuang sendirian melawan infeksi virus yang menyerang mereka secara fisik. Setelah sembuh dari infeksi virus, banyak dari mereka yang menghadapi berbagai permasalahan psikologis (Kominfo Jatim, 2021). Permasalahan psikologis yang mereka hadapi bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang serius.

Beberapa gangguan mental telah dilaporkan setelah pengobatan COVID-19. Gangguan jiwa antara lain gangguan tidur, masalah kognitif seperti penurunan kemampuan konsentrasi dan mengingat, gangguan kecemasan, gangguan defisit perhatian

(ADL) juga ditemukan sebagai gejala sisa penyintas COVID-19 (Kholilah & Hamid, 2021). Kematian akibat COVID-19 dan tindakan isolasi dapat memengaruhi kesehatan mental masyarakat. Angka kematian yang tinggi dan isolasi yang berkepanjangan di daerah tersebut diketahui menyebabkan depresi, kecemasan, rasa takut yang berlebihan, dan perubahan pola tidur masyarakat (Aslamiyah & Nurhayati, 2021). Hal ini tidak hanya memperburuk kesehatan mental seseorang tetapi juga kesehatan fisiknya.

Isu Kesehatan Mental Di Masa Pandemi

Kecemasan yang terjadi pada pasien pasca COVID-19 mungkin disebabkan oleh ketakutan akan penyakitnya terulang kembali, ketakutan akan penularan virus COVID-19 ke keluarga lain, dan ketakutan akan kematian akibat COVID-19. (Lebrasseur dkk., 2021). Pasien pasca COVID-19 juga merasa khawatir akan masa depannya (Moradi et al., 2020). Selain itu, pasien dengan infeksi atau gejala ganda memiliki masalah psikologis seperti kecemasan dan stres berat yang berkepanjangan, dibandingkan dengan pasien lain yang tidak memiliki gejala (orang tanpa gejala) atau ringan (Moradi et al., 2020). Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa pada ranah emosional (afektif, mood), yang meliputi tanda-tanda seperti mood rendah, kesedihan, dan hilangnya gairah hidup (Nurmala et al., 2020). Pasien pasca-COVID-19 yang mengalami kecemasan dapat mengalami depresi (Moradi et al., 2020). Mengalami depresi dapat menimbulkan kesedihan sehingga lebih mudah menangis. Risiko yang menyebabkan pasien mengalami depresi pasca COVID-19 antara lain kurangnya kontak sosial, menyebabkan pasien kehilangan dukungan psikologis dari keluarga dan teman, yang pada akhirnya mengakibatkan stres dan trauma psikologis (Moradi et al., 2020). Depresi yang terjadi pada pasien pasca COVID-19 dapat disebabkan oleh stigmatisasi dan penolakan, serta gaya hidup yang membosankan selama karantina (Hidayah, 2021). Depresi yang dialami pasien pasca COVID-19 menyebabkan masalah gangguan tidur, perasaan gelisah dan kelelahan (Wu et al., 2020).

Risiko Kesehatan Mental Bagi Tenaga Kesehatan Di Masa Pandemi

Stres merupakan salah satu konsekuensi psikologis yang dialami pasien pasca COVID-19. Pasien COVID-19 yang mengalami stres biasanya adalah pasien dengan penyakit atau gejala yang parah (Chamberlain et al., 2021). Stres yang dialami pasien pasca-COVID-19 dapat disebabkan oleh peristiwa traumatis yang berulang, kehilangan orang-orang terdekat, dan stigma sosial negatif yang mengganggu pikiran pasien pasca-COVID-19 (Moradi et al., 2020). . Situasi seperti ini dapat menyebabkan pasien menjadi cemas pasca COVID-19 dan tidak bisa tenang (Hidayah, 2021).

Masalah kesehatan mental berbeda pada anak-anak, orang dewasa, dan orang lanjut usia dengan atau tanpa penyakit kronis atau kondisi kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya. Secara keseluruhan, prevalensi masing-masing gangguan meliputi depresi 31,4%, kecemasan 31,9%, kecemasan 41,1%, dan insomnia 37,9%. Selain itu, pasien yang terinfeksi COVID-19 dan petugas medis yang merawatnya juga memiliki prevalensi depresi, kecemasan, ketakutan, dan insomnia yang tinggi. Cai (2020) memperkirakan faktor penyebab gangguan jiwa pada pasien Covid-19 adalah virus yang penyebarannya sangat mudah, pasien yang terinfeksi dapat mengalami penurunan kondisi fisik secara drastis dalam waktu singkat, dan kekurangan obat antivirus yang tidak menentu. efektivitas. . Selain itu, arus informasi yang sangat cepat dan tidak terkendali menyebabkan masyarakat mempunyai kekhawatiran yang berlebihan dan ketakutan yang tidak perlu. Perkiraan yang tidak jelas dan berbeda, komplikasi yang tidak terduga, dan kekambuhan menimbulkan keraguan terhadap keakuratan informasi yang diberikan (Moradi et al., 2020). Selain itu, pembatasan jarak fisik, jarak sosial, dan karantina menciptakan perasaan tidak berdaya dan terisolasi. Hal ini biasanya menimbulkan suasana hati yang negatif. Selain itu, dampak sektor ekonomi, rendahnya pendapatan dan PHK dapat menambah beban psikologis. Dia menyesalinya dan khawatir dia akan menularkan virus tersebut kepada orang-orang yang dia cintai dan pedulikan. Stigmatisasi juga dapat mempengaruhi status mental.

Aslamiyah, S. dan Nurhayati. (2021). Dampak Covid-19 terhadap perubahan psikologis, sosial dan ekonomi pada penderita Covid-19 di Desa Dendang, Langkat, Sumatera Utara.

Chamberlain, SR, Grant, JE, Trender, W., Hellyer, P., & Hampshire, A. (2021). Gejala Gangguan Stres Pasca Trauma pada Penyintas COVID-19:

Ukm Ritma Uin Alauddin Gelar Riset Talk, Bahas Kesehatan Mental Di Masa Pandemi

Artikel kesehatan mental di masa pandemi, pertanyaan seputar kesehatan mental di masa pandemi, cara mengatasi kesehatan mental di masa pandemi, jurnal tentang kesehatan mental di masa pandemi, kesehatan mental di masa pandemi pdf, cara menjaga kesehatan mental di masa pandemi, materi kesehatan mental di masa pandemi, kesehatan mental di masa pandemi, masalah kesehatan mental di masa pandemi, jurnal kesehatan mental di masa pandemi, jurnal menjaga kesehatan mental di masa pandemi, kesehatan mental masa pandemi

Artikel Terkait

Leave a Comment